Mengenal kembali KMB.
Oleh : Dzaki Al-Amin,

Tanah
Banten merupakan salah satu tempat strategis di pulau Jawa, memiliki pelabuhan
yang menghubungkan zona maritim sekaligus zona nyaman bagi perdagangan sejak
masa penjajahan hingga merdeka saat ini, oleh sebab itulah Banten tidak hanya
dihuni oleh penduduk asli saja, melainkan memiliki masyarakat yang sangat
majemuk dari berbagai macam suku yang bermigrasi dari penjuru nusantara lainnya.
Banten adalah salah satu tempat penyebaran Islam terpesat yang ada di tanah
jawa, tak heran jika Banten melahirkan banyak ulma-ulama besar yang mejadi
motor pergerakan kemerdekaan melawan penjajahan.
Pada
tahun 1974 datang empat mahasiswa asal Banten ke Mesir untuk belajar di al-Azhar,
mereka adalah: pak Ramli (alm), pak Mahfud, pak Rohimin, dan pak Hamdi. Kemudian
di tahun setelahnya datanglah bapak Syibli Sayarjaya (sekarang Rektor IAIN
Sultan Maulana Hasanuddin) dengan pak Sahmudi dan pak Shaumun. Di tahun 1976
datanglah pak Ma’mun dan pak Humaidi –
adik ipar pak ma’mun - , Berawal dari sebuah arisan dan kelompok belajar serta
kajian keislaman di kalangan mahasiswa Banten Mesir yang mereka gagas, maka dimulailah silaturahim antara mereka dan
kemudian berdirilah KMB pada tahun 1976.
Keluarga Mahasiswa Banten merupakan wadah silaturahmi,
pengembangan potensi yang bersifatkan kekeluargaan, pendidikan, sosial dan
dakwah. Bertujuan untuk terciptanya insan akademis yang beriman, berilmu,
beramal, dan bertanggung jawab, serta terbinanya ukhuwah yang erat di kalangan
mahasiswa/i Banten Mesir khususnya dan WNI umumnya, juga guna terbentuknya
kader umat dalam rangka pembangunan nasional dan menjaga nama baik bangsa.
KMB bukan satu-satunya organisasi kekeluargaan yang ada
di Mesir, KMB hidup berdampingan
menjalin rumah tangga yang baik dengan organisasi-organisasi lain yang ada di Mesir.
Oleh sebab itu, KMB tidak boleh egois dan melaksanakan kegiatan yang melebihi
porsi sehingga mematikan kegiatan yang memang sudah menjadi porsi organisasi
lain yang mewadahi, semisal pendidikan yang merupakan tugas senat dan
almamater. Namun demikian, KMB juga selalu mendukung bidang pendidikan dengan
mengadakan kelompok belajar dan kajian yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan, semisal al-Farabi. Untuk
mewadahi bakat dan seni, KMB sendiri memiliki sanggar seni budaya khas Banten
yang harus tetap dijaga dan dilestarikan serta dikenalkan kepada publik melalui
berbagai macam acara dan pertunjukan yang diselenggarakan di Mesir.
Masyarakat Banten di Mesir tidak semuanya mahasiswa,
bahkan dari mereka juga ada yang bersusah payah meninggalkan tanah Banten hanya
untuk mengais rizki disini demi keluarga tercinta di tanah air, dan banyak lagi
serba-serbi kehidupan lainnya. Mereka juga memiliki latar belakang yang
berbeda-beda baik dalam segi ekonomi maupun pendidikan. Oleh sebab itu KMB hadir sebagai “Perekat
Masyarakat Banten di Mesir” pemersatu
serta wadah untuk saling tolong-menolong dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Terkhusus bagi mahasiswa, mereka pun ikut aktif di berbagai macam kegiatan dan organisasi-organisasi
lainnya di luar KMB, seperti PPMI, almamater, ormas Islam bahkan partai, ini
menandakan banhwa warga KMB memiliki latar belakang yang berbeda-beda akan
tetapi tetap satu ibu, yaitu Banten.
Jika
ada seseorang yang ingin menarik kemajemukan ke dalam satu warna berarti ia
tidak paham bhinneka tunggal ika, terkhusus KMB yang sudah berada dalam
satu wadah Azhari yang mana asasnya sudah jelas berjiwa dan bernafaskan Islam.
dan Anda tidak perlu mewarnai wadah yang sudah berwarna apalagi menarik kami
keluar menuju wadah yang lain dengan warna yang lain pula, hendaknya Anda sadar
dan berhenti menjadi pahlawan kesiangan. Sah-sah saja warga KMB dilatar
belakangi oleh latar belakang yang berbeda-beda, aktivis dari berbagai kalangan
dan organisasi-organisasi lain, tapi satu hal yang harus anda ingat ketika anda
menginjakkan kaki di KMB. Anda harus tanggalkan itu semua, kita kembali kepada
ibu, yaitu Banten dan kita harus bangga “SAYA ORANG BANTEN DAN SAYA AZHARI”.
Komentar
Posting Komentar